09 November 2009

Ukuran Pinggul Ibu Bisa Memprediksi Risiko Kanker Anak

09 November 2009 |
Peneliti menemukan data bahwa ukuran dan bentuk pinggul seorang perempuan bisa digunakan untuk memprediksi risiko kanker payudara pada anaknya. Penelitian ini melibatkan beberapa ibu hamil dan membutuhkan waktu penelitian yang lama.

"Hasil ini menunjukkan bahwa kita bisa memperkirakan apakah bayi tersebut berisiko terkena kanker payudara saat ia dilahirkan, bahkan bisa membuat prediksi sebelum bayi tersebut dikandung," ujar seorang peneliti Kent L. Thornburg dari Oregon Health & Science University, seperti dikutip dari AOLNews, Rabu (28/10/2009).

Thornburg menjelaskan dibutuhkan spesialisasi dalam menelusuri asal usul sebuah penyakit yang mungkin muncul pada saat dewasa nanti. Dalam melakukan penelitian ini, Thornburg dan rekan-rekan peneliti mengambil sampel dari 6.000 perempuan hamil di Finlandia. Setelah itu menyelidiki berapa banyak ibu hamil yang melahirkan anak perempuan dengan potensi kanker payudara. Ternyata didapatkan sebanyak 300 anak perempuan dari 6.000 ibu hamil tersebut berpotensi terkena kanker.

Para ibu tersebut sebelumnya telah diukur lingkaran pinggulnya. Thornburg dan rekan-rekannya menemukan bahwa perempuan yang memiliki lingkar pinggul lebih besar dari 12 inci (30,48 cm) memiliki risiko terkena kanker 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang memiliki lingkar pinggul sempit. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa bentuk dari pinggul perempuan bisa dikaitkan dengan risiko terkena kanker pada anak-anaknya terutama anak perempuan.

Namun, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti apa hubungan antara ukuran pinggul dengan potensi kanker pada anaknya. Meskipun telah diketahui salah satu penyebab kanker adalah faktor genetik atau turunan. Penyakit kanker ini sebenarnya bisa dideteksi dini, sehingga harapan pasien untuk bisa sembuh semakin tinggi.

Selain itu jika diketahui seseorang berpotensi terkena kanker, orang tersebut bisa memulai pola hidup yang sehat serta menjaga asupan makanan agar tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung radikal bebas.

Sumber :  health.detik.com


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar

Translate This Blog to Your Language

Tutorial Blogspot Terbaru

Bahasa dan Sastra Terbaru

Artikel Kesehatan Terbaru

Artikel Suami Isteri Terbaru

Artikel Kehamilan Terbaru

Artikel Anak dan Balita Terbaru

 

Arsip